Sahabat fillah, mengapa kita dianjurkan untuk bersedekah?
Sejenak kita perlu memahami paradigma Islam tentang pentingnya sedekah. Karena dengan demikian, kita akan semakin termotivasi secara moriil untuk melaksanakan anjuran Islam tersebut. Sedekah merupakan salah satu anjuran Islam untuk mengaplikasikan ilmu agama, khususnya yang berkaitan dengan silaturahim antar ummat sesama manusia. Dengan bersedekah, kita akan dilatih untuk mengembangkan rasa simpati dan empati, serta menjauhkan diri dari egoisme dan materialisme yang terkadang terlalu kejam menggerogoti hati dan sanubari sehingga menjerumuskan kita ke dalam lubang bujukan syetan, karena lebih mementingkan nafsu.
Sahabatku, tentu di dalam segala hal, janganlah kita melakukan suatu amal hanya karena taqlit semata. Namun, kita beramal lebih didasarkan pada ilmu, yaitu yang bersumber dari Al Qur'an dan As Sunnah. Tak terkecuali ilmu tentang sedekah. Di bawah ini merupakan beberapa ayat dan riwayat tentang sedekah:
"Dan
perumpamaan orang2 yg membelanjakan hartanya krn mencari keridhaan
Alloh dan untuk keteguhan jiwa mereka ,seperti sebuah kebun yg terletak
didataran tinggi yg disiram oleh hujan lebat ,mk kebun itu menghasilkan
buahnya dua kali lipat ,jk hujan lebat tidak menyiraminya ,mk hujan
gerimispun memadai,dan Alloh Maha melihat apa yg kamu perbuat" (QS Al Baqarah:265)
“Jika
kamu menampakkan sedekah itu, maka itu pun baik juga. Tetapi jika kamu
menyembunyikan sedekah itu dan kamu memberikannya kepada orang-orang
fakir, itu adalah lebih utama.” (al-Baqarah: 271)
"Orang-orang
yang menafkahkan hartanya dimalam dan siang hari,secara
sembunyi-sembunyi dan terang-terangan,maka mereka mendapat pahala disisi
Tuhannya." (QS AL Baqarah: 274)
"Dan orang2 yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir." (QS Al Furqan:67)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).
Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).
Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)
0 komentar:
Posting Komentar